Kamis, 25 Juli 2013
Link sekolah (recomended)
Posted on 06.28 by abdurrosyid rizaldi
Ustadz husna fakhruddin
Posted on 06.18 by abdurrosyid rizaldi
Khusna Fakhrudin, S.Pd.I.
Menamatkan pendidikan pada Universitas Studi Ilmu Qur’an Wonosobo
jurusan Pendidikan Agama Islam ini mengajar Tahfidzh dan Tahsin Al
Qur’an sekaligus sebagai Koordinator Musyrif. Saat ini sedang menempuh
studi pada fakultas Syariah Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab
(LIPIA) Jakarta serta sedang mengambil program kuliah digital untuk
Pascasarjana di MEDIU.
Guru yang dekat dengan kelas 12, menemani kami selama 2 periode, banyak cerita, seru, tepat waktu, dan tegas, berupa suatu kehormatan disaat kami bisa mendapatkan pelajaran dari beliau tentunya, dan kami berjanji tidak akan mengecewakan antum ustadz... Terima kasih dukungannya dan smoga tidak bosan dengan kami
Guru yang dekat dengan kelas 12, menemani kami selama 2 periode, banyak cerita, seru, tepat waktu, dan tegas, berupa suatu kehormatan disaat kami bisa mendapatkan pelajaran dari beliau tentunya, dan kami berjanji tidak akan mengecewakan antum ustadz... Terima kasih dukungannya dan smoga tidak bosan dengan kami
Direct and Indirect speech|B.INGGRIS
Posted on 03.26 by abdurrosyid rizaldi
oleh ustadz Zuhri Kamis, 25/07/2013
We often have to give information about what people say or think. In
order to do this you can use direct or quoted speech, or indirect or
reported speech.
Saying exactly what someone has said is called direct speech (sometimes called quoted speech)
Here what a person says appears within quotation marks ("...") and should be word for word.
For example:
She said, "Today's lesson is on presentations."
or
"Today's lesson is on presentations," she said.
Indirect speech (sometimes called reported speech), doesn't use
quotation marks to enclose what the person said and it doesn't have to
be word for word.
When reporting speech the tense usually changes. This is because when we
use reported speech, we are usually talking about a time in the past
(because obviously the person who spoke originally spoke in the past).
The verbs therefore usually have to be in the past too.
For example:
Direct speech
|
Indirect speech
|
"I'm going to the cinema", he said.
|
He said he was going to the cinema.
|
Direct speech
|
Indirect speech
| |
Present simple
She said, "It's cold." |
›
|
Past simple
She said it was cold. |
Present continuous
She said, "I'm teaching English online." |
›
|
Past continuous
She said she was teaching English online. |
Present perfect simple
She said, "I've been on the web since 1999." |
›
|
Past perfect simple
She said she had been on the web since 1999. |
Present perfect continuous
She said, "I've been teaching English for seven years." |
›
|
Past perfect continuous
She said she had been teaching English for seven years. |
Past simple
She said, "I taught online yesterday." |
›
|
Past perfect
She said she had taught online yesterday. |
Past continuous
She said, "I was teaching earlier." |
›
|
Past perfect continuous
She said she had been teaching earlier. |
Past perfect
She said, "The lesson had already started when he arrived." |
›
|
Past perfect
NO CHANGE - She said the lesson had already started when he arrived. |
Past perfect continuous
She said, "I'd already been teaching for five minutes." |
›
|
Past perfect continuous
NO CHANGE - She said she'd already been teaching for five minutes. |
Modal verb forms also sometimes change:
Direct speech
|
Indirect speech
| |
will
She said, "I'll teach English online tomorrow." |
›
|
would
She said she would teach English online tomorrow. |
can
She said, "I can teach English online." |
›
|
could
She said she could teach English online. |
must
She said, "I must have a computer to teach English online." |
›
|
had to
She said she had to have a computer to teach English online. |
shall
She said, "What shall we learn today?" |
›
|
should
She asked what we should learn today. |
may
She said, "May I open a new browser?" |
›
|
might
She asked if she might open a new browser. |
!Note - There is no change to; could, would, should, might and ought to.
Direct speech
|
Indirect speech
|
"I might go to the cinema", he said.
|
He said he might go to the cinema.
|
Time change
If the reported sentence contains an expression of time, you must change it to fit in with the time of reporting.
For example we need to change words like here and yesterday if they have different meanings at the time and place of reporting.
Today
|
+ 24 hours - Indirect speech
|
"Today's lesson is on presentations."
|
She said yesterday's lesson was on presentations.
|
Expressions of time if reported on a different day
| ||
this (evening)
|
›
|
that (evening)
|
today
|
›
|
yesterday .../that day
|
these (days)
|
›
|
those (days)
|
now
|
›
|
then
|
(a week) ago
|
›
|
(a week) before
|
last weekend
|
›
|
the weekend before last / the previous weekend
|
here
|
›
|
there
|
next (week)
|
›
|
the following (week)
|
tomorrow
|
›
|
the next/following day
|
Last Night > the day before
In addition if you report something that someone said in a different
place to where you heard it you must change the place (here) to the
place (there).
For example:-
At work
|
At home
|
"How long have you worked here?"
|
She asked me how long I'd worked there.
|
Adab atau Etika dalam bertamu|AKHLAQ
Posted on 03.00 by abdurrosyid rizaldi
oleh ustadz Muhammad Rizky kamis,25/07/2013 Pel. Adab akhlaq
Di antara kelaziman hidup bermasyarakat adalah budaya saling mengunjungi atau bertamu, yang dikenal dengan isitilah silaturrahmi oleh kebanyakan masyarakat. Walaupun sesungguhnya istilah silaturrahmi itu lebih tepat (dalam syari’at) digunakan khusus untuk berkunjung/ bertamu kepada sanak famili dalam rangka mempererat hubungan kekerabatan.
Namun, bertamu, baik itu kepada sanak kerabat, tetangga, relasi, atau pihak lainnya, bukanlah sekedar budaya semata melainkan termasuk perkara yang dianjurkan di dalam agama Islam yang mulia ini. Karena berkunjung/bertamu merupakan salah satu sarana untuk saling mengenal dan mempererat tali persaudaraan terhadap sesama muslim.
berikut adalah adab-adab ketika bertamu :
1. Beri’tikad Yang Baik
Di dalam bertamu hendaknya yang paling penting untuk diperhatikan adalah memilki i’tikad dan niat yang baik. Bermula dari i’tikad dan niat yang baik ini akan mendorong kunjungan yang dilakukan itu senantiasa terwarnai dengan rasa kesejukan dan kelembutan kepada pihak yang dikunjungi.
2. Tidak Memberatkan Bagi Tuan Rumah
Hendaknya bagi seorang tamu berusaha untuk tidak membuat repot atau menyusahkan tuan rumah, sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah :
لاَ يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يُقِيْمَ عِنْدَ أَخِيْهِ حَتَّى يُؤْثِمَهُ. قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ وَكَيْفَ يُؤْثِمُهُ؟ قَالَ: يُقِيْمُ عِنْدَهُ وَلاَ شَيْءَ لَهُ يَقْرِيهِ بِهِ
“Tidak halal bagi seorang muslim untuk tinggal di tempat saudaranya yang kemudian saudaranya itu terjatuh ke dalam perbuatan dosa. Para shahabat bertanya: “Bagaimana bisa dia menyebabkan saudaranya terjatuh ke dalam perbuatan dosa?” Beliau menjawab: “Dia tinggal di tempat saudaranya, padahal saudaranya tersebut tidak memiliki sesuatu yang bisa disuguhkan kepadanya.” (HR. Muslim)
3. Memilih Waktu Berkunjung
Hendaknya bagi orang yang ingin bertamu juga memperhatikan dengan cermat waktu yang tepat untuk bertamu. Karena waktu yang kurang tepat terkadang bisa menimbulkan perasaan yang kurang baik dari tuan rumah bahkan tetangganya. Serta menurut ustadz, waktu yang tepat adalah ba'da maghrib, karna itu bukan waktu istirahat, dan bisa dihentikan dengan datengnya waktu sholat isya'
Dikatakan oleh shahabat Anas :
كَانَ رَسُولُ اللهِ لاَ يَطْرُقُ أَهْلَهُ لَيْلاً وَكَانَ يَأْتِيْهِمْ غُدْوَةً أَوْ عَشِيَّةً
“Rasulullah tidak pernah mengetuk pintu pada keluarganya pada waktu malam. Beliau biasanya datang kepada mereka pada waktu pagi atau sore.” (Muttafaqun ‘Alaihi)
4. Meminta Izin Kepada Tuan Rumah
Hal ini merupakan pengamalan dari perintah Allah di dalam firman-Nya (artinya): “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu agar kamu selalu ingat.” (An Nur: 27)
Di dalam ayat tersebut, Allah memberikan bimbingan kepada kaum mukminin untuk tidak memasuki rumah orang lain tanpa seizin penghuninya. Di antara hikmah yang terkandung di dalamnya adalah:
Untuk menjaga pandangan mata.
Para pembaca, dalam masalah meminta izin Rasulullah telah memberikan sekian petunjuk dan bimbingan kepada umatnya, di antaranya adalah:
a. Mengucapkan salam
Diperintahkan untuk mengucapkan salam terlebih dahulu, sebagaimana ayat di atas (An Nur: 27).
Pernah salah seorang shahabat beliau dari Bani ‘Amir meminta izin kepada Rasulullah yang ketika itu beliau sedang berada di rumahnya. Orang tersebut mengatakan: “Bolehkah saya masuk?” Maka Rasulullah pun memerintahkan pembantunya dengan sabdanya:
اخْرُجْ إِلَى هَذَا فَعَلِّمْهُ الاسْتِئْذَانَ ، فَقُلْ لَهُ: السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ أَأَدْخُلُ ؟
“Keluarlah, ajari orang ini tata cara meminta izin, katakan kepadanya: Assalamu ‘alaikum, bolehklah saya masuk?
Sabda Rasulullah tersebut didengar oleh orang tadi, maka dia mengatakan:
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ أَأَدْخُلُ؟
Akhirnya Nabi pun mempersilahkannya untuk masuk rumah beliau. (HR. Abu Dawud)
الاسْتِئْذَانُ ثَلاَثٌ، فَإِنْ أُذِنَ لَكَ وَإِلاَّ فَارْجِعْ
“Meminta izin itu tiga kali, apabila diizinkan, maka masuklah, jika tidak, maka kembalilah.” (Muttafaqun ‘Alaihi)
5. Mengenalkan Identitas Diri
Ketika Rasulullah menceritakan tentang kisah Isra’ Mi’raj, beliau bersabda: “Kemudian Jibril naik ke langit dunia dan meminta izin untuk dibukakan pintu langit. Jibril ditanya: “Siapa anda?” Jibril menjawab: “Jibril.” Kemudian ditanya lagi: “Siapa yang bersama anda?” Jibril menjawab: “Muhammad.” Kemudian Jibril naik ke langit kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya di setiap pintu langit, Jibril ditanya: “Siapa anda?” Jibril menjawab: “Jibril.” (Muttafaqun ‘Alaihi)
NB: edit sedikit oleh editor
semoga bermanfaat
Di antara kelaziman hidup bermasyarakat adalah budaya saling mengunjungi atau bertamu, yang dikenal dengan isitilah silaturrahmi oleh kebanyakan masyarakat. Walaupun sesungguhnya istilah silaturrahmi itu lebih tepat (dalam syari’at) digunakan khusus untuk berkunjung/ bertamu kepada sanak famili dalam rangka mempererat hubungan kekerabatan.
Namun, bertamu, baik itu kepada sanak kerabat, tetangga, relasi, atau pihak lainnya, bukanlah sekedar budaya semata melainkan termasuk perkara yang dianjurkan di dalam agama Islam yang mulia ini. Karena berkunjung/bertamu merupakan salah satu sarana untuk saling mengenal dan mempererat tali persaudaraan terhadap sesama muslim.
berikut adalah adab-adab ketika bertamu :
1. Beri’tikad Yang Baik
Di dalam bertamu hendaknya yang paling penting untuk diperhatikan adalah memilki i’tikad dan niat yang baik. Bermula dari i’tikad dan niat yang baik ini akan mendorong kunjungan yang dilakukan itu senantiasa terwarnai dengan rasa kesejukan dan kelembutan kepada pihak yang dikunjungi.
2. Tidak Memberatkan Bagi Tuan Rumah
Hendaknya bagi seorang tamu berusaha untuk tidak membuat repot atau menyusahkan tuan rumah, sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah :
لاَ يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يُقِيْمَ عِنْدَ أَخِيْهِ حَتَّى يُؤْثِمَهُ. قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ وَكَيْفَ يُؤْثِمُهُ؟ قَالَ: يُقِيْمُ عِنْدَهُ وَلاَ شَيْءَ لَهُ يَقْرِيهِ بِهِ
“Tidak halal bagi seorang muslim untuk tinggal di tempat saudaranya yang kemudian saudaranya itu terjatuh ke dalam perbuatan dosa. Para shahabat bertanya: “Bagaimana bisa dia menyebabkan saudaranya terjatuh ke dalam perbuatan dosa?” Beliau menjawab: “Dia tinggal di tempat saudaranya, padahal saudaranya tersebut tidak memiliki sesuatu yang bisa disuguhkan kepadanya.” (HR. Muslim)
3. Memilih Waktu Berkunjung
Hendaknya bagi orang yang ingin bertamu juga memperhatikan dengan cermat waktu yang tepat untuk bertamu. Karena waktu yang kurang tepat terkadang bisa menimbulkan perasaan yang kurang baik dari tuan rumah bahkan tetangganya. Serta menurut ustadz, waktu yang tepat adalah ba'da maghrib, karna itu bukan waktu istirahat, dan bisa dihentikan dengan datengnya waktu sholat isya'
Dikatakan oleh shahabat Anas :
كَانَ رَسُولُ اللهِ لاَ يَطْرُقُ أَهْلَهُ لَيْلاً وَكَانَ يَأْتِيْهِمْ غُدْوَةً أَوْ عَشِيَّةً
“Rasulullah tidak pernah mengetuk pintu pada keluarganya pada waktu malam. Beliau biasanya datang kepada mereka pada waktu pagi atau sore.” (Muttafaqun ‘Alaihi)
4. Meminta Izin Kepada Tuan Rumah
Hal ini merupakan pengamalan dari perintah Allah di dalam firman-Nya (artinya): “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu agar kamu selalu ingat.” (An Nur: 27)
Di dalam ayat tersebut, Allah memberikan bimbingan kepada kaum mukminin untuk tidak memasuki rumah orang lain tanpa seizin penghuninya. Di antara hikmah yang terkandung di dalamnya adalah:
Untuk menjaga pandangan mata.
Para pembaca, dalam masalah meminta izin Rasulullah telah memberikan sekian petunjuk dan bimbingan kepada umatnya, di antaranya adalah:
a. Mengucapkan salam
Diperintahkan untuk mengucapkan salam terlebih dahulu, sebagaimana ayat di atas (An Nur: 27).
Pernah salah seorang shahabat beliau dari Bani ‘Amir meminta izin kepada Rasulullah yang ketika itu beliau sedang berada di rumahnya. Orang tersebut mengatakan: “Bolehkah saya masuk?” Maka Rasulullah pun memerintahkan pembantunya dengan sabdanya:
اخْرُجْ إِلَى هَذَا فَعَلِّمْهُ الاسْتِئْذَانَ ، فَقُلْ لَهُ: السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ أَأَدْخُلُ ؟
“Keluarlah, ajari orang ini tata cara meminta izin, katakan kepadanya: Assalamu ‘alaikum, bolehklah saya masuk?
Sabda Rasulullah tersebut didengar oleh orang tadi, maka dia mengatakan:
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ أَأَدْخُلُ؟
Akhirnya Nabi pun mempersilahkannya untuk masuk rumah beliau. (HR. Abu Dawud)
b. Meminta
izin sebanyak tiga kali
Rasulullah
bersabda:الاسْتِئْذَانُ ثَلاَثٌ، فَإِنْ أُذِنَ لَكَ وَإِلاَّ فَارْجِعْ
“Meminta izin itu tiga kali, apabila diizinkan, maka masuklah, jika tidak, maka kembalilah.” (Muttafaqun ‘Alaihi)
5. Mengenalkan Identitas Diri
Ketika Rasulullah menceritakan tentang kisah Isra’ Mi’raj, beliau bersabda: “Kemudian Jibril naik ke langit dunia dan meminta izin untuk dibukakan pintu langit. Jibril ditanya: “Siapa anda?” Jibril menjawab: “Jibril.” Kemudian ditanya lagi: “Siapa yang bersama anda?” Jibril menjawab: “Muhammad.” Kemudian Jibril naik ke langit kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya di setiap pintu langit, Jibril ditanya: “Siapa anda?” Jibril menjawab: “Jibril.” (Muttafaqun ‘Alaihi)
NB: edit sedikit oleh editor
semoga bermanfaat
Foto-foto angkatan 1 atau kls 12
Posted on 01.27 by abdurrosyid rizaldi
Foto-Foto kelas bahasa angkatan 1 niih ;) buat memorize ajaa :p
Akang Bayu , lagi makan bakso di perumnas sama anak-anak bahasa
berenang bareng kakak ganteng ini yuk, :p di galaxy namanya kak Hemza
Qori' kelas bahasa, صوته جميلة ... namanya kak Muhammad Iqbal
kakak Mufti Abqory lagi pamer abis dapet hadiah dari ustadz Hamzah abbas :p
![]() |
Kak Gevira Ragana, di suatu tempat |
![]() |
si Akang 'elloco' Rizaldi, lagi narsis euy? |
![]() | |
ini dia sang superstar, Prasetyo Sulaksono (y) |
![]() |
hehe.. mas Diman, abis bantu korban banjir di PGP |
![]() |
Makan bakso bersama di perumnas 2, kak Rizky nur iman, bayu cakra sentama, Hamzah yazid, dan Abang Juhri |
![]() | ||
All personel , lomba masak... tdk juara tapi juaranya perebut hati wanita :p |
![]() |
Kakak Oktadilla , pelajaran Nahwu dengan Ustadz Musa, Ustadz paling sabar seantero FG |
Bayu Cakra Sentama
Posted on 01.08 by abdurrosyid rizaldi
Bayu cakra sentama, siswa kelahiran jakarta 10 Mei 1995 ini merupakan ketua kelas abadi kelas bahasa, (karena males milih-milih ketua lagi)
memiliki sifat yang tegas, baik, kadang-kadang suka tensinya naik.. kurus begini makannya banyak lohh.. dia pemberani, tapi takut sama cabai :D hehehehe
bayu ini memiliki keterikatan baik dengan SMA Future Gate , yang dimana Om nya merupakan bagian kesiswaan di SMA FG, berlatar belakang sekolah umum, bayu berani mengambil kesempatan yang belum tentu orang lain ambil yaitu di bidang bahasa, keep spirit capten!!!
Selasa, 23 Juli 2013
Abdurrosyid rizaldi
Posted on 10.47 by abdurrosyid rizaldi
sekilas tentang Abdurrosyid Rizaldi
Santri kelahiran Bekasi 14 oktober 1996 ini memiliki berat badan yang sangat ideal di kelasnya :D , memiliki berat badan lebih dari 100 kg dengan tinggi 165 cm ini lulusan SMPIT imam bukhori, kemudian hijrah selama setahun ke Pondok Pesantren Hidayatunnajah, kemudian pada akhirnya meneruskan kelas 2 SMA di SMA Future Gate, bercita-cita menjadi seorang pengusaha dan menjadi seorang muballigh tentunya, alhamdulillah memiliki dasar bahasa arab dan agama yang lumayan walaupun masih belum terlalu baik, beliau adalah ketua dari divisi bahasa arab maupun inggris (sedang belajar) di Organisasi Siswa Intra Sekolah(OSIS) SMA Future Gate. memiliki semangat belajar yang naik turun , dan tahun ini insyaAllah beliau terakhir bersama teman-teman seangkatannya satu kelas dalam mencari ilmu di jenjang Tsanawiyah/Aliyah(SMA), semoga termasuk dalam lindungan Allah dari 7 golongan yang dinaungi nanti di hari akhir.. Aamiin...
Langganan:
Postingan (Atom)